Pyometra pada Kucing dan Cara Mengobatinya

Permasalahan reproduksi pada kucing merupakan salah satu hal yang menjadi gangguan kesehatan pada kucing. Diantara berbagai masalah kesehatan terkait masalah reproduksi, pyometra merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai pada kucing berkelamin betina.

Mungkin beberapa catlovers yang membaca artikel ini kucingnya sudah ada yang pernah mengalami pyometra, namun beberapa mungkin juga belum pernah. Penyakit ini merupakan penyakit yang berhubungan erat dengan kehamilan kucing, dan bahkan beberapa catlovers sering keliru mengira kucingnya hamil namun ternyata sedang terkena pyometra.

Pyometra pada Kucing Peliharaan

Menurut sumber informasi yang ada, kasus pyometra banyak ditemukan pada kucing yang belum disterilisasi. Bahayanya adalah penyakit ini bisa mengencam nyawa kucing yang terkena pyometra jika tidak diberikan penanganan yang tepat atau telat memberikan perawatan pada kucing.

Tentunya catlovers semua tidak ingin bukan kucingnya terkena pyometra? Karena itu, maka dalam artikel kali ini kunucats akan membantu catlovers semua untuk mengetahui pyometra, gejala pyometra dan beberapa hal lain terkait penyakit ini. Selengkapnya mengenai piometra atau pyometra pada kucing silahkan simak dibawah ini.

Apakah Pyometra itu?

Pyometra atau piometra merupakan penyakit yang menyerang atau menginfeksi rahim kucing. Kondisi ini umumnya terjadi karena infeksi sekunder akibat dari perubahan hormon reproduksi pada kucing betina. Setelah kucing birahi, hormon progesteron yang ada bekerja untuk menebalkan dinding rahim untuk mempersiapkan kehamilan kucing.

Ketika kucing sudah mengalami masa birahi berkali-kali namun kehamilan kucing tidak terjadi. Kondisi penebalan dinding rahim ini bisa menyebabkan terbentuknya kista atau yang sering disebut dengan CEH (Cystic Endometrial Hyperplasia). Menurut beberapa ahli, kista dengan sekresi dari dinding rahim merupakan area sempurna untuk perkembangan bakteri.

Apa Pyometra pada Kucing itu?

Pyometra sendiri memiliki dua tipe, yaitu pyometra terbuka dan juga pyometra tertutup. Pada pyometra terbuka, tanda kucing yang terkena pyometra bisa dilihat dari keluarnya nanah dari vulva (alat kelamin kucing). Nanah yang keluar ini terkadang disertai darah dengan bau yang sangat menyengat (amis).

Pada kasus pyometra tertutup, tidak ditemukan adanya lendir purulen (lendir pekat pertanda infeksi) yang keluar dari vulva. Hal ini dikarenakan cincin rahim (serviks) tertutup dan hal inilah yang sering membuat catlovers bingung karena kondisinya sama persih dengan kehamilan kucing pada umumnya.

Baca Juga : Mengetahui Pneumonia pada Kucing Peliharaan

Sulit untuk melakukan diagnisa pada tahap awal pyometra pada kucing, karena hal ini maka pyometra sangatlah meresahkan. Biasanya kebanyakan orang baru sadar ketika pyometra sudah mencapai tahap lanjutan (ketika perut kucing sudah membesar). Diagnosa terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan USG  atau X-RAY pada kucing.

Menurut pengalan pribadi, hal yang agak membedakan antara kehamilan dan juga pyometra adalah kecepatan membesarnya perut kucing. Kehamilan kucing membuat perut kucing membesar secara bertahap (agak lama), namun pada pyometra membesarnya perut kucing akan lebih cepat dan kurang wajar. Jadi bagi catlovers yang jarang memeriksakan kucingnya kedokter, maka silahkan menggunakan ciri ini sebagai tanda.

Penyebab Pyometra pada Kucing

Pyometra sendiri tidak terjadi begitu saja, selain hal yang sudah dijelaskan diatas. Ada beberapa penyebab atau pemicu kucing terkena pyometra. Beberapa hal tersebut adalah:

  • Infeksi yang disebabkan oleh bakteri pada rahim kucing karena luka pada rahim
  • Hormon yang tidak stabil karena pemberian suntik hormon pada kucing
  • Ada sisa fetus (anak) yang sudah mati karena masalah kehamilan pada kucing dan tertinggal didalam uterus (tidak bisa keluar)
  • Perkawinan kucing yang masih dalam tahap pemulihan operasi melahirkan
  • Kucing memiliki riwayat pyometra

Pada beberapa hal yang menyebabkan pyometra pada kucing diatas, yang paling sering menjadi penyebab pyometra adalah penyuntikan hormon pada kucing. Beberapa breeder kucing terkadang selalu menginginkan kucingnya untuk terus produksi, karena itu mereka terkadang memberikan hormon supaya kucingnya menjadi lekas birahi.

Baca Juga : Penyebab Jamur Kucing dan Cara Mengatasinya

Kucing yang seharusnya belum memasuki masa birahi akan menjadi birahi karena adanya hormon tersebut, namun hal inilah yang membuat pyometra terjadi. Dalam hal ini mungkin memang beberapa kucing bisa hamil, ada yang tidak berhasil dibuahi dan yang yang terakhir akan terkena pyometra karena hormon yang tidak seimbang.

Gejala Pyometra pada Kucing

Seperti yang sudah disebutkan diatas, ketika kucing terkena pyometra tahap awal jarang ada yang bisa memastikannya. Jika tidak dilakukan USG, maka kondisi kucing akan sama seperti kucing hamil pada umumnya. Namun ketika memasuki usia pertengahan (umumnya 1 bulan, tapi bisa juga kurang) akan terdapat beberapa gejala yang terlihat seperti dibawah ini:

  • Membesarnya perut kucing seperti kehamilan pada umumnya, namun waktunya lebih cepat dan ukurannya terkadang juga bisa lebih besar
  • Keluarnya lendir dari vulva kucing yang berupa nanah dan terkadang bercampur dengan darah
  • Pada tahap awal kucing makan dan minum seperti biasa, namun memasuki tahap lanjutan biasanya nafsu makan kucing menjadi menurun hingga tidak mau makan sama sekali (biasanya ketika nanah sudah keluar dan perut sudah besar)
  • Suhu tubuh kucing tinggi
  • Kondisi kucing semakin memburuk seiring perkembangan penyakit
  • Dalam kasus yang parah atau tidak ditangani, kucing bisa mengalami kematian dengan kondisi perut besar dan keluarnya nanah atau darah kotor pada vulva

Cara Diagnosa Pyometra Kucing

  • Melihat riwayat kesehatan kucing (pernah menderita pyometra atau tidak)
  • Dengan meraba daerah perut bagi yang sudah berpengalaman
  • Tes di laboratorium, bisa tes darah, tes urin atau tes sel vagina kucing
  • USG (setelah ada pembuahan dan selang beberapa minggu)
  • X-ray (ketika perut membesar namun terlihat kurang normal)

Cara Mengobati Pyometra Kucing

Piometra atau pyometra sendiri tidak bisa diobati dengan pasti, namun dengan melakukan penanganan (mengeluarkan cairan) yang ada bisa membuat kucing menjadi biasa kembali. Tentunya dalam hal ini beberapa obat seperti antibakteri tetap harus diberikan pada kucing untuk membantu pemulihannya.

Ketika kucing catlovers terkena pyometra dan catlovers membawanya ke vet maka pilihan yang akan diberikan hanya ada pembedahan untuk pembersihan dengan pengangkatan rahim yang membuat kucing menjadi tidak bisa hamil kembali atau menghasilkan keturunan.

Pengobatan Pyometra pada Kucing

Berdasarkan pengalaman pribadi dengan pyometra, karena kebetulan ada dokter yang saya kenal dan beliau paham kalau saya ini breeder kucing. Maka dokter tersebut pun menyarankan untuk memberikan suntikan hormon prostaglandin untuk mengeluarkan isi dari perut kucing yang berupa kotoran (nanah).

Kucing saya yang diberikan suntikan tersebut sebenarnya masih dalam kondisi yang baik (tidak drop dan masih makan lancar), namun ada nanah yang keluar dari vulva. Suntikan hormon diberikan pada sore hari, pada malam hari sudah banyak kotoran yang keluar di alas kandang dan pada pagi hari ada beberapa anak kucing yang masih belum terbentuk juga keluar.

Setelah semua kotoran yang ada keluar, kondisi kucing seperti biasa saja. Umumnya saran dari dokter pasti adalah jangan dikawinkan terlebih dahulu setidaknya 2-3 kali birahi supaya selanjutnya tidak terjadi masalah yang sama. Namun, karena pada masa ini saya kurang begitu paham, maka pada birahi selanjutnya kucing ini tetap kawin dengan pejantan yang sama (kurang lebih selang 2 bulan).

Baca Juga : Informasi Mengenai Sterilisasi pada Kucing

Kucing ini kemudian mengeluarkan nanah lagi, namun sudah mendekati HPL (hari perkiraan lahir). Karena sudah hampir mendekati dan kondisi kucing biasa saja, maka kali ini tidak saya berikan suntikan. Hasilnya adalah kucing ini melahirkan 4 ekor anak kucing dengan satu ekor anak kucing yang masih berupa kulit dan banyak nanah juga.

Ketiga anak kucing ini tumbuh sehat dan normal dan setelah ini induk kucing juga tidak pernah mengalami pyometra kembali hingga diadopsi oleh seseorang. Berbeda dengan kasus teman saya, kucing yang sudah terkena pyometra dan diberikan suntikan hormon prostaglandin tetap mengalami pyometra karena tidak ada jeda dalam perkawinan (tidak istirahat 2-3 kali birahi).

Jadi, dari hal tersebut kesimpulannya tetap semua kucing memiliki tingkat kesehatan yang berbeda. Suntikan ini bisa membantu kucing yang terkena pyometra, namun istirahat masa birahi tetap diperlukan supaya kucing benar-benar pulih sepenuhnya. Namun jika kasus tetap saja berulang dan tidak kunjung normal, maka pembedahan dan sterilisasi menjadi pilihan yang tepat supaya kucing menjadi sehat.

Cara Mencegah Pyometra Kucing

Beberapa hal bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya pyometra pada kucing kesayangan catlovers semuanya, berikut pencegahan yang bisa dilakukan.

  • Lakukan sterilisasi pada kucing betina
  • Jangan memberikan suntikan hormon untuk mengejar birahi dan perkawinan
  • Berikan makanan yang bernutrisi ketika kucing sedang hamil
  • Kawinkan kucing ketika sudah mencapai usia matang (biasanya melewati birahi pertama)

Jika kucing catlovers semuanya mengalami ciri yang mencurigakan diatas dan tanda yang ada sesuai, maka segera bawa kucing kedokter untuk diberikan penanganan. Semakin cepat penanganan diberikan maka hal tersebut akan semakin baik untuk kucing catlovers. Demikian informasi mengenai pyometra pada kucing, semoga informasi ini bisa bermanfaat dan juga bisa menambah wawasan catlovers semuanya.

Belum ada Komentar untuk "Pyometra pada Kucing dan Cara Mengobatinya"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel